TRENDING NOW

Friday, 28 February 2014

Mitos Makhluk Mitologi Tentang Peri Dan Kelompoknya

Pedasbanget.tk[Mitologi]:Peri adalah istilah yang sering digunakan dalam suatu cerita rakyat, dongeng-dongeng, maupun fiksi, untuk menggambarkan sosok makhluk yang memiliki kekuatan gaib (magic) yang kadangkala turut ikut campur dalam kehidupan serta urusan-urusan manusia.
Di Indonesia sendiri, istilah peri seringkali digunakan dalam penerjemahan tokoh yang menggambarkan elf atau fairy (istilah peri dalam bahasa Inggris) dalam cerita-cerita dongeng dari negara barat, seperti Eropa. Dan pada jaman modern seperti saat ini, karakter peri semakin sering digunakan dalam kisah fantasi modern yang menggambarkan sosok peri yang bervariasi sesuai dengan penulis atau penciptanya.
Asal-usul Nama Peri?
Kata peri berasal dari bahasa Persia, yaitu ‘Pari’—yang artinya malaikat yang jatuh. Dan dalam bahasa Inggris, awalnya nama peri berasal dari kata ‘elvish’ sejak sebelum tahun 1000 M, yang artinya bangsa peri. Sementara itu, dalam cerita-cerita rakyat makhluk gaib (peri) ini merupakan ras yang sakti. Menurut akar Indo-Eropa, kemungkinan namanya berasal dari ‘albiz’ yang meskipun asal-usulnya tidak diketahui, tapi merupakan kata keturunan dari ‘albho’ yang berarti ‘putih’. Kata-kata ini pun akhirnya menjadi popular di antara orang kulit putih hingga sampai sekarang—di zaman modern ini, dan masih bisa sitemui keberadaannya sebagai nama panggilan ataupun nama keluarga seperti : 



Nama peri biasanya juga dikaitkan dengan rambut yang saling terkait yang konon dipercaya membawa kesialan (ketidak-beruntungan) apabila kaitan tersebut dilepaskan.
Bagaimana Wujud Penggambaran Peri?
Wujud peri sering diceritakan mirip dengan wujud manusia—hanya saja berukuran mini. Akan tetapi sering juga dipercaya bahwa peri merupakan perupaan roh ataupun jin yang menjelma sebagai perempuan cantik yang suka mengganggu. Peri juga sering diidentifikasikan sebagai makhluk-makhluk mitologis. Kadang juga peri digambarkan sebagai makhluk yang memiliki telinga panjang dan lancip, serta memiliki rambut yang panjang (biasanya pirang keemasan). Seringkali digambarkan dapat berubah wujud, biasanya menjelma menjadi wujud perempuan cantik yang bisa menghilang secara tiba-tiba. Di Eropa (Inggris) pada sekitar tahun 1592, Shakespeare menggambarkan peri sebagai sprite (siluman) atau penjelmaan menjadi sosok perempuan cantik yang memiliki sayap. Sementara itu, di negara-negara Skandinavia dan menurut cerita-cerita kuno dari Eropa Utara, penamaan peri juga dilabelkan pada makhluk-makhluk halus yang digambarkan sebagai sosok makhluk metafisik, gaib, atau jelmaan dari alam. Namun penggambaran peri dalam cerita rakyat, seringkali berbeda dengan defenisi sebenarnya dari peri itu sendiri. Di satu sisi, penamaan peri sering dihubungkan dengan makhluk gaib seperti siluman dan sebagainya. Akan tetapi, disisi lain, peri kadangkala digambarkan dalam bentuk sosok makhluk yang lebih nyata. Wujud dan penampakannya pun sebenarnya bermacam-macam. Seringkali mereka digambarkan sebagai makhluk yang memiliki tinggi badan yang berukuran kecil dan mungil (mini). Namun terkadang mereka juga digambarkan sebagai makhluk yang memiliki tinggi badan rata-rata layaknya manusia biasa. Di Eropa sendiri, peri dalam wujub ‘besar’ dipercaya telah dibicarakan sejak sebelum tahun 1000 M. Sedangkan peri yang berwujud ‘kecil’ yang rupanya berupa makhluk kecil baik bersayap maupun tidak, dipercaya muncul pada sekitar tahun 1250-1300 M sebagai istilah turunan dari bahasa Swedia alf, elfva, yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan dikenal sebagai fairy yang artinya makhluk kecil yang menyerupai manusia kecil dalam ukuran mini.
Jenis Peri: Baik atau Jahat
Tak selamanya peri digambarkan dalam sosok makhluk yang baik hati. Terkadang peri juga bisa digambarkan dalam sosok yang jahat. Dalam kisah-kisah dongeng, peri kerapkali digambarkan sering muncul sebagai makhluk penolong. Mungkin cerita yang paling terkenal dalam penggambaran peri yang baik hati ada dalam dongeng ‘Cinderella’ yang dalam ceritanya, Cinderella dibantu oleh seorang ibu peri baik hati ketika mengalami kesulitan datang ke pesta dansa lantaran ibu tiri serta saudara tirinya. Ataupun dalam kisah ‘Tukang Sepatu dan Peri-Peri Kecil’, yang dalam ceritanya diceritakan bahwa peri-peri kecil tersebut akan keluar di malam hari dan membuat sepatu. Namun tidak semua peri rumah digambarkan muncul pada malam hari, ada juga yang digambarkan muncul dan keluar pada siang hari. Sebut saja salah satu kisah anak-anak dunia Childcraft, penulis Swedia menggambarkan peri rumah kecil yang muncul pada siang hari melalui pintu kecilnya dan mengubah tubuh anak penghuni rumah menjadi kecil, agar dapat diajak bermain bersama agar anak tersebut tidak merasa kesepian ketika sedang ditinggal orangtuanya bekerja. Semntara itu, peri jahat sering digambarkan sebagi penyebab tersesatnya orang dalam perjalanannya. Terkadang peri juga digambarkan sebagai sosok jahil dan nakal—entah kenakalannya akan membawa kebaikan ataupun keburukan. Di Eropa sendiri, anak kecil yang nakal dan sulit diatur, sering disebut sebagai “persis seperti peri kecil”. Lihat saja dalam dongeng PeterPan yang memiliki peri kecil bernama TinkerBell. TinkerBell sendiri digambarkan sebagai sosok peri yang baik kepada PeterPan, sekaligus dapat berubah jadi sosok jahat kepada Wendy lantaran cemburu dengannya.
Dimana Tempat Tinggal Peri?
Dalam penggambarannya, kerapkali peri dihubungkan dengan sejenis kelas makhluk gaib yang seringkali berasal dari daerah-daerah pegunungan. Namun seiring perkembangannya, peri biasanya digambarkan sebagi sosok makhluk kecil yang dapat tidur diatas bunga, tinggal di hutan ataupun menjaga pohon-pohon sehingga peri yang seperti ini sering disebut sebagai peri hutan. Peri juga digambarkan dapat tinggal di pekarangan rumah maupun didalam rumah sekalipun bersama dengan manusia seperti tokoh peri rumah yang digambarkan dalam kisah fantasi “Harry Potter”. Dalam kisah Harry Potter, para peri rumah digambarkan sebagai pekerja yang bekerja untuk kelangsungan hidup majikannya (penghuni rumah). Sebut saja nama mereka seperti Dobby, Kreacher, dan lain sebagainya yang bekerja sebagai peri rumah di kediaman keluarga Black dan di Manor—Malfoy Manor—milik sang Malfoy, Lucius Malfoy bersama istrinya, Narcissa Malfoy serta anak semata wayang mereka, ‘Draco Malfoy’ (hahaha, jujur saya suka banget sama tokoh yang satu ini selain tokoh Harry—curhat).
Peri dalam Legenda?
Ciri umum dari peri yang sering diceritakan menurut legenda-legenda yang ada yaitu kemampuannya dalam menggunakan sihir (magic) untuk mengubah wujud mereka. Emas peri sangat tidak bisa diandalkan, lantaran dapat berwujud emas ketika digunakan sebagai alat pembayaran namun kemudian berubah menjadi daun, semak, kue, dan berbagai benda lainnya yang bahkan tidak memiliki kegunaan sama sekali. Akan tetapi ada juga legenda yang isinya mengenai pemakaman peri. William Blake mengklaim bahwa dirinya pernah menyaksikannya. Allan Cunningham sendiri, dalam bukunya yang berjudul ‘Lives of Eminent British Painters’, mencatat klaim dari William Blake tersebut. Diceritakan bahwa pada suatu malam, Blake tak sengaja melihat makhluk-makhluk kecil berwarna hijau dan abu-abu seukuran belalang di kebun miliknya. Mereka sedang meletakkan sesosok tubuh di sebuah daun mawar lalu menguburnya diiringi dengan nyanyian. Dalam legenda pula, peri kadang-kadang dipercaya sebagai makhluk yang usi pada manusia. Mereka membuat kusut rambut-rambut orang yang sedang tidur, mencuri benda-benda keci, dan menyesatkan para pengelana. Penyakit tuberkulosis juga terkadang disangkutpautkan dengan peri—lrbih tepatnya disebabkan oleh peri, yang memaksa pria dan wanita muda untuk menari sepanjang malam. Hewan-hewan (ayam, sapi, bebek, dll) yang ditunggangi oleh peri, dapat mengalami kelumpuhan ataupun menderita penyakit misterius (wah seram juga yah readers).
Penculikan Oleh Peri
Dalam banyak kisah serta legenda yang ada, peri diceritakan sering melakukan penculikan terhadap bayi manusia, pria muda, atau wanita muda (anak-anak juga termasuk)—dan meletakkan ‘changeling’ sebagai gantinya. Changeling adalah sesosok makhluk yang ditinggalkan peri sebagai pengganti atas anak manusia yang mereka culik (biasanya rupanya buruk). Orang dewasa juga bisa diculik oleh peri, terlebih seorang perempuan yang baru melahirkan juga rentan dan rawan diculik. Penculikan ini bisa berlangsung sementara waktu bahkan bisa sampai selamanya. Sebut saja dalam cerita Oisín, tokoh utamanya diculik oleh peri dan dibawa ke dunia peri. Dan ketika ia berniat untuk kembali ke dunianya, ternyata di dunia manusia, waktu telah berjalan selama tiga abad. Dalam beberapa cerita, seseorang bisa diculik oleh peri karena memakan makanan peri, seperti ‘Persefone’ dan ‘Hades’. Sementara itu, keadaan orang-orang yang diculik oleh peri berbeda-beda menurut beberapa kisah yang ada. Beberapa menceritakan bahwa tawanan peri hidup bahagia didunia peri, sementara yang lain mengatakan bahwa mereka yang diculik selalu merindukan kerabat mereka.
Klasifikasi Peri
Dalam cerita Skotlandia, peri dibagi menjadi Seelie Court, yaitu peri yang menguntungkan namun bisa berbahaya, dan peri Unseelie Court, yaitu peri yang jahat. Peri dari golongan Unseelie Court sering mencari hiburan dengan cara melakukan berbagai macam hal yang dapat membahayakan manusia. Pasukan peri merujuk pada peri yang muncul dalam kelompok dan mungkin mendirikan pemukiman. Dengan defenisi ini, peri biasanya dipahami dengan makna yang lebih luas. Karena istilah ini juga bisa meliputi berbagai makhluk mistis yang terutama berasal dari Keltik. Namun, istilah ini juga bisa digunakan untuk menyebut makhluk yang serupa, misalnya kurcaci ata elf dari cerita-cerita di Jerman. Berkebalikan dengan peri soliter, yakni peri yang tidak berhubunhan dengan peri lainnya.
Perlindungan diri dari Peri
Ada beberapa benda yang dipercayai dapat menghindarkan kita dari gangguan peri (jahil-nakal). Yang paling terkenal adalah besi dingin. Sementara cara atau benda lain yang dianggap dapat mengganggu peri dalam artian agar mereka tak mengganggu kita adalah dengan memakai pakaian terbalik, mengalirkan air, bel (terutama bel gereja), tanaman St. John’s Wort, dan daun semanggi berdaun empat. Namun ada juga beberapa cerita yang bertentangan, seperti misalnya pohon Rowan yang dalam beberapa cerita adalah sakral untuk peri, sementara di cerita lain mengatakan bahwa pohon Rowan merupakan benda perlindungan melawan peri. Dalam cerita rakyat Newfoundland, benda ampuh sebagai pelindung yang paling popular adalah roti. Roti diasosiasikan dengan rumah dan perapian, juga dengan industri dan pengendalian alam, sehingga roti dipercaya tidak disukai oleh peri.
Peri dalam Sastra
Pada abad pertengahan 2600-an, muncul gaya sastra yang disebut précieuses yang meliputi banyak peri. Peri dalam sastra mempunyai nyawa baru dengan munculnya ‘Romantisisme’. Penulis seperti Sir Walter Scott dan James Hogg terinspirasi oleh cerita rakyat yang menampilkan peri, misalnya Balada Border. Pada masa ini, cerita peri mengalami peningkatan. Periode ini juga ditandai dengan bangkitnya kembali tema-tema fantasi lama, seperti buku-buku ‘Narnia’ karangan C.S. Lewis yang menampilkan berbagai makhluk kuno seperti faun dan driad, dan mengkombinasikan mereka dengan wanita tua, raksasa, dan berbagai makhluk dari cerita rakyat. Semakin lama, peri digambarkan semakin cantik dan ukurannya makin mini (kecil). Peri juga muncul dalam cerita ‘Peter and Wendy’ karangan J.M. Barrie yang diterbitkan pada tahun 1911. Dalam novel tersebut, dimunculkan tokoh peri bernama TinkerBell yang menjadi ikon dan cukup popular bahkan hingga sekarang.
Peri dalam Seni
Penggambaran peri banyak muncul sebagai ilustrasi, misalnya di dalam buku-buku dongeng dan seni patung. Beberapa seniman menjadi terkenal karena penggambaran mereka tentang sosok peri. Era Victoria khususnya, ia mempunyai ke-khasan tersendiri dalam lukisan perinya. Pelukis Richard Dadd dari masa Victoria membuat lukisan peri dengan kesan sinis. Sedangkan pada masa Renaisans, daya tarik pada peri terutama dipicu oleh penerbitan foto-foto Peri Cottingley pada tahun 1917 dan sejumlah seniman lainnya yang juga melukis sosok peri.
So, Peri itu Benar-Benar Ada?
Apa kalian percaya bahwa peri itu benar-benar ada? Mungkin memang pertanyaan saya kedengarannya aneh. Tapi entahlah, sepertinya saya sendiri pun percaya akan keberadaan peri dunia nyata. Dan tak dipungkiri, banyak juga orang yang memang ternyata benar-benar berharap dan bahkan percaya mengenai keberadaan makhluk ini—termasuk saya salah satunya. Makhluk-makhluk ini hubungannya begitu erat dengan kenangan-kenangan menyenangkan seseorang di masa kanak-kanak yang jika diingat-ingat, merupakan sebagian kecil dari sebuah dunia materialistik yang kecil. Akan tetapi sayangnya, banyak diantara kita yang menganggap bahwa kehadiran peri hanyalah sebuah ilusi belaka yang sebenarnya pernah juga mereka rasakan semasa kanak-kanak, namun setelah beranjak dewasa, kebanyakan dari mereka menganggap bahwa itu hanya merupakan ilusi yang hilang. Namun untunglah, tidak semua orang berpikir demikian.

Menurut kesaksian beberapa orang di berbagai negara, mereka pernah melihat berbagai macam peri sejauh yang bisa mereka ingat, dan mereka juga mengatakan bahwa mereka masih dapat melihat peri setiap hari. Berdasarkan kesaksian-kesaksian beserta pengakuan-pengakuan tersebut, maka disini saya bermaksud untuk menunjukkan bahwa jumlah mereka (peri) itu sebenarnya seperti jumlah-jumlah pohon yang bertebaran di sekeliling kita—sangat banyak. Sayangnya, hanya segelintir orang yang benar-benar bisa melihatnya secara nyata. Yah, karena memang hanya beberapa yang memiliki kemampuan khusus dan berbeda dengan yang dimiliki anak-anak (orang-orang) pada umumnya.

Oleh karena itu, apa yang akan saya sampaikan disini nantinya, tentu saja bukanlah suatu imajinasi semata dari seorang anak yang terisolasi dan suka mengkhayal (haha, karena saya bukan tipe anak seperti itu –‘terisolasi’— jadi saya harap kalian percaya yah –yah, meskipun saya akui sih kalau saya cukup suka berkhayal dan berimajinasi). Informasi ini saya dapatkan dari berbagai sumber dan tentu saja dari pengakuan-pengakuan beberapa orang didalamnya mengenai percakapan-percakapan mereka dengan makhluk-makhluk tersebut di hampir seluruh belahan dunia dalam keadaan yang benar-benar alamiah, yang meski bagaimanapun juga tetap saja merupakan suatu hal yang kedengarannya aneh.

Segelintir orang dapat berkomunikasi dengan makhluk-makhluk tersebut sebagaimana manusia berbicara kepada sesamanya, bahkan bisa lebih dari itu. Untuk metode semacam ini adalah sedikit berbeda, saya akan menggambarkannya secara singkat menurut dari pengakuan salah satu sumber (tenang kok, gak bakalan sepanjang pidato deh kayaknya hhe).

Hal ini merupakan hal yang sangat penting, karena setiap kali kita melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda (baca: sudut pandang ‘gaib’), maka sepintas kita akan seperti melihat sebuah pemandangan dunia dengan nuansa yang baru. Banyak sekali hal-hal yang merupakan hambatan bagi kita –manusia—, namun tidak untuk mereka. Sebut saja contohnya seperti kehidupan dan kematian, yang merupakan rahasia untuk kita, namun termasuk hal-hal yang mereka semua tahu mengenai hal tersebut (sepertinya hanya untuk diri mereka sendiri). Yah, karena bagi mereka, tidak ada yang namanya ketidakpastian ataupun kejadian menyedihkan didalamnya. Sedangkan kita? Kita (baca: manusia), kerapkali merasa takut dengan kematian dan berusaha untuk bersembunyi dari kehidupan yang sebenarnya. Dan bagaimana dengan peri? Yah, mereka sebenarnya melihat aliran kehidupan melalui sudut pandang semua hal yang menjadikan mereka untuk tidak hidup dalam ketidakpastian. Harus kita sadari, bahwa kita hidup dalam sebuah bentuk dunia tanpa memahami bahwa kehidupan kita ini menekan bentuk-bentuk tersebut. Simpelnya, kita kerapkali memaksakan diri agar tidak percaya terhadap hal-hal yang kita anggap tabu—seperti peri, yang justru ternyata keberadaanya memanglah sebuah hal yang nyata, bukan suatu hal yang absurd. Percaya atau tidak, sebenarnya peri mempunyai sebuah pelajaran yang sangat kuat dan berpengaruh bagi kita. (semoga sampai sini, readers masih paham dengan bahasa yang saya gunakan hehe).
Lantas, Kenapa Banyak Orang yang Tidak Bisa Melihat Peri?
Mengapa banyak orang yang tidak bisa melihat peri? Well, pertanyaan ini memang sangat perlu untuk dilontarkan, mengingat bahwa melihat peri merupakan hal yang begitu absurd. Tapi perlu diketahui, bahwa mereka benar-benar hidup dalam dunia yang sama dengan kita. Hanya saja, tubuh mereka berbeda dengan kita. Tubuh mereka lebih halus—bahkan lebih halus dari sebuah gas yang renggang. Jadi wajar, apabila banyak orang yang tak bisa melihatnya. Akan tetapi, saya merasa yakin bahwa ada suatu selubung yang sangat tipis antara kita dan mereka sehingga setiap orang sebenarnya dapat menembusnya dengan mudah sekali sepanjang masih dalam garis yang benar. Namun, justru disitulah letak kesulitannya. Yah, begitu sulit rasanya untuk mengidentifikasi garis tersebut ataupun bahkan jika sampai harus untuk menemukan garis-garis lainnya dalam rangka penyesuaian kita dengan mereka.

Dan jika dipikir-pikir, alasan kuat yang hampir dapat dipastikan sebagai penyebab sehingga banyak yang tidak bisa melihat mereka adalah karena adanya perbedaan sudut pandang. Dan jika anda mengakui apa yang saya katakan barusan, maka semoga apa yang saya tulis disini dapat membantu untuk mengubah sudut pandang kita menuju dunia gaib (tidak bermaksud menyesatkan sama sekali loh—tidak ada niat seperti itu kok), hal ini akan membantu agar lebih banyak lagi dari kita yang akan bisa untuk melihat mereka secara nyata. Tetapi, jangan terlalu berharap juga. Karena, tentu saja tidak semua orang bisa mengubah sudut pandang mereka. Sebab, untuk mewujudkannya, ada sebuah indera khusus yang harus dibangkitkan dalam diri seseorang jika memang orang tersebut benar-benar bermaksud untuk melihat peri.

Kehidupan dunia peri tidak tertangkap secara langsung oleh indera biasa kita. Mereka begitu sulit—atau bahkan tidak dapat—disentuh ataupun dirasakan, sekalipun demikian mereka pasti bisa dilihat.

Pada kenyataan yang ada, penglihatan (indera) biasa sebenarnya bisa membantu kita untuk melihat keberadaan mereka. Akan tetapi perlu disadari bahwa indera yang dimaksud disini itu begitu kecil, bahkan terlalu kasar untuk sekedar menangkap sinar yang mereka pancarkan. Akan tetapi, bagaimanapun juga, setiap orang mempunyai bakat terpendam dalam dirinya berupa sebuah indera yang sangat halus—lebih halus dari sekedar penglihatan saja. Namun, percaya atau tidak, sejumlah orang dalam jumlah yang cukup mengejutkan yelah berhasil mengaktifkannya. Ini merupakan indera penglihatan yang lebih tinggi. Dimana indera ini dapat digunakan untuk melihat dunia gaib yang antik (dunia peri). Selain itu, setiap orang juga memiliki sebuah peralatan sensor dengan jangkauan yang luas. Sentuhan misalnya, yang dapat kita gunakan untuk merasakan benda-benda padat, kecapan yang memberitahukan kita zat-zat cair, indera penciuman yang melaporkan tentang keadaan gas-gas, dan lain sebagainya. Namun, penglihatan masih lebih tajam dan rangkaiannya pun tidak berakhir begitu saja disana. Melainkan ada sebuah kekuatan penglihatan khusus yang disebut ‘clairvoyance’ (kewaskitaan). Yaitu kemampuan untuk melihat segala sesuatu diluar penglihatan normal kita. Kenyataannya, adalah terdapat sebuah dasar fisik yang nyata bagi clairvoyance yang kita miliki, dan kemampuan tersebut bukanlah suatu hal yang misterius. Pusat kekuatan berada dalam sebuah organ yang sangat kecil didalam otak kita, yang disebut dengan ‘kelenjar pituitary. Saat sekarang ini, badan pituitary dianggap sebagai bekas-bekas etropia. Tetapi para dokter mengetahui bahwa kelnjar tersebut bukanlah merupakan sebuah sisa-sisa yang tak berguns, untuk kerahasiannya dari kedua bagian badan-badan itu sendiri yang merupakan bagian yang tak terlihat dalam aliran darah dan mempunyai semacam kekuatan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan fungsi-fungsi lainnya. Dengan demikian, kelenjar pituitary benar-benar ada dan sangat penting bagi manusia. Dan kelenjar ini sangat diperlukan dalam menerima getaran-getaran yang sangat lembut dari sebuah alam (termasuk dunia peri) dimana segala sesuatunya begitu halus dari yang pernah kita ketahui sebelumnya. Mak dari itu, jenis getaran-getaran yang yang dipengaruhi pun sangatlah halus sehingga terdapat pembukaan secara fisik yang diperlukan untuk menyampaikannya ke badan pituitary, tetapi terdapat sebuah titik kepekaan khusus yang terletak diantar kedua mata diatas pangkal hidung yang bertindak sebagai pembuka eksternal bagi kelenjar tersebut. Ini terasa seperti jika seseorang melihat dari titik tersebut diatas dahi, dan terasa sama seperti jika seseorang sedang memandang dengan satu mata, meskipun kita semua tahu bahwa kita sebenarnya melihat dengan kedua mata. Penglihatan melalui titik sensitif tersebut dalam satu hal berbeda dengan penglihatan melaui organ-organ indera konvensional, tanpa adanya struktur jaringan syaraf seperti pada bagian fisik biasa. Tetapi menurut pengakuan salah satu sumber, penglihatan tersebut hanya bekerja sesuai dengan perintahnya dan tidak pernah diluar itu. Intinya, penglihatan itu bisa ia dapatkan setelah adanya perintah dari dirinya sendiri untuk menggunakan penglihatan tersebut—(Wow! Sungguh menarik bukan?). Katanya nih ya, pada saat hendak melihat kedalam dunia halus dimana peri itu berada, hanya diperlukan konsentrasi tinggi selama garipenglihatan, merespon seperti jika kedua mata (tetapi dalam hal ini dengan satu mata) telah terbuka. Saya berharap agar dapat membuat hal ini menjadi sejelas mungkin, meskipun memang terasa sulit untuk membangkitkan indera tersebut ataupun bahkan hanya untuk sekedar memahaminya saja. Dan mungkin bagi sebagian orang, indera ini belum siap untuk digunakan bagi mereka yang menginginkan kemampuan ini bekerja dengan baik. Beberapa kerusakan bahakan bisa timbul dalam usaha pemindahan alam mendahului waktunya, dalam banyak kasus penuh dengan bahaya. Terkadang ada orang yang mencoba dan berusaha untuk menekan diri mereka sendiri menuju tahap clairvoyance dengan menggunakan kemampuannya, bahkan menggunakan ramuan-ramuan, ataupun cara-cara –mengerikan— lainnya. Bagaimanapun, jika perkembangannya tidak secara natural –alami—, maka clairvoyance biasanya akan membahayakan. Akan tetapi, hal ini tidak menyebabkan hak tersebut untuk menjadi kurang nyata jika dibandingkan pada kasus-kasus dimana kekuatan (baca: kemampuan) tersebut muncul secara alami dengan cara yang alamiah.
Lalu, Apakah Orang Dewasa Masih Dapat Belajar untuk Melihat Peri ?
Yah, muncul pertanyaan lagi mengenai apakah orang dewasa masih dapat melihat keberadaan mereka (baca: peri dan sejenisnya)? Dan mengapa kebanyakan dari orang dewasa yang tidak bisa melihatnya? Nah, saya beranggapan bahwa jawabannya adalah karena sebagian dari mereka tidak pernah mencoba setelah perkemabangan UP mereka, atau bahkan pada masa kanak-kanak sekalipunmereka tidak pernah mencoba sama sekali. Dan inti dari anggapan sekaligus jawaban tersebut adalah orang-orang yang tahu bahwa makhluk halus seperti peri misalnya itu ada, tetapi mereka tidak pernah berusaha agar bisa melihat mereka dalam cara yang benar.

Menurut dari salah satu sumber yang saya temukan, sejauh ini ia masih bisa melihat mereka (peri) dengan mata telanjang, akan tetapi ia mengaku bahwa ia tidak bisa menutup matanya saat itu juga, seperti sesuatu yang tidak perlu, dan untuk hal lainnya, ketika pandangan clairvoyance telah membawa makhluk halus dalm lingkupnya, biasanya pandangan sangat membantu untuk memahami dan mengamati lebih detail. Dan perlu diketahui, bahwa sebenarnya banyak peri yang begitu dekat untuk dapat dilihat dengan pandangan biasa sehingga lebih mudah untuk mempelajari mereka. Hanya cahaya pendek yang merupakan pancaran atau reflek (bagi mereka merupakan cahaya yang berkilauan) dari mereka yang banyak orang tidak tahu, bahkan saya meragukan ahli fisika sekalipun dapat memecahkannya. Namun, salah satu teman sumber yang merupakan scientist menyarankan untuk melihat peri dengan atau tanpa menggunakan kaca bantu penglihatan, dengan cara melakukan beberapa pengujian singkat tentang jenis-jenis cahaya berpengaruh didalamnya. Dan setelah percobaan itu dilakukan, ditemukan bahwa peri kelihatan berbeda melalui kaca tersebut, yah seperti pohon yang terlihat berbeda. Tetapi mungkin distorsi yang ada, berkaitan dengan efek yang ditimbulkan pada penglihatan orang biasa. Sekali lagi, peri mungkin tampak terlihat melalui kaca biasa, namun kesulitan yang sama muncul disini: apakah cahaya suram itu berpengaruh pada mata biasa? Sumber mengaku bahwa ia dapat seperti ini semenjak beberapa tahun belakangan ini, readers mungkin tahulah kasus yang seperti ini. Dia juga mengaku bahwa pernah bertembu dengan anak-anak bahkan orang dewasa yang masih ingat hari-hari dimana mereka memiliki kemampuan itu. Sayangnya, tidak banyak dari mereka yang berani untuk meningkatkan kemampuan indera yang mereka miliki, karena sering mereka merasa takut jika nantinya akan dianggap sebagai orang aneh/ganjil.

Jika ditinjau lagi, kita harus ingat bahwa keseluruhan aktifitas untuk melihat keberadaan peri adalah sebuah operasi yang sulit. Kekuatan untuk melihat mereka membutuhkan kondisi-kondisi hening dan damai. Karena pada dasarnya, makhluk halus seperti peri merupakan makhluk yang agak pemalu seperti halnya dengan makhluk-makhluk liar lainnya yang harus dijinakkan terlebih dahulu dengan cara menarik perhatian mereka. Namun dalam waktu bersamaan, bahkan dibawah keadaan yang sangat baik sekalipun, khususnya di sekeliling kota-kota, usaha tersebut tidaklah mudah bagi orang-orang yang tidak berpengalaman. Disamping itu, keyakinan tetap yang mengatakan bahwa hanya materi padat-lah yang nyata turut menyulitkan dalam hal ini. Dan seseorang dapat mulai menyadari masalah yang dihadapi dalam penglihatan anak-anak. Untunglah, banyak orang tua yang akhirnya menjadi sadar dalam memelihara kemampuan kreatif dan indera penglihatan yang lebih tinggi bagi anak-anak mereka.

Selama masih masa anak-anak, relasi antara dua alam kerajaan terasa lebih dekat daripada masa-masa lainnya dalam suatu kehidupan. Ini terjadi karena anak-anak lebih dekat dengan alam gaib dibandingkan orang-orang yang telah mencapai tahap dewasa. Mereka secara alami senang dan secara spontan beraksi (mereka beraksi dengan cara memulai interaksi yang baik dengan alam). Dalam banyak cara anak-anak menjadi dekat kepada hal gaib dalam watak dan sifat pribadi mereka. Inilah sebabnya mengapa pada masa kanak-kanaklah pintu-pintu gerbang untuk melihat segala sesuatu yang absurd (dalam hal ini: peri) tersebut sering terbuka sehingga mereka dapat merasakan bahwa dunia gaib dan dunia manusia terasa benar-benar menjadi satu.

Dan meskipun makhluk-makhluk halus seperti peri mulai tergantikan dalam imajinasi anak-anak dengan fantasi-fantasi yang lebih modern, seperti makhluk dari luar angkasa dan lain sebagainya, sehingga kebanyakan dari mereka meninggalkan ingatan mendalam—kebutuhan naluriah manusia. Rasa untuk persahabatan atau bahkan hanya sekedar untuk pengetahuan mereka mempunyai akar kuat yang akan menumbuhkan keyakinan adanya makhluk halus (peri), makhluk yang mungkin kesepian dan tidak terlihat bagi kebanyakan orang, masih tertutup dengan tangan-tangan (hanya perumpamaan) jin diatas kulit tipis diantara dua dunia—yang sebenarnya nyata—. Suara bel yang jelas terdengar dari musik mereka dapat hampir terdengar. Keceriaan dan kecantikan yang mereka wujudkan diatas kita dari setiap bagian padang, kayu, rumput, dan taman-taman. Bahkan langit dan lautan pun dapat membawa kita melintasi pintu menuju dunia mereka. Perlu diingat, bahwa pada setiap sisi terdapat makhluk halus, dan oleh sebab itu, setiap sudut tentu akan membawa kasih sayang dan keceriaan.

Jika saja manusia biasa mampu menangkap kembali kesederhanaan dan arah tujuan pikiran anak-anak—meskipun hanya dalam skala kecil—, maka tidak mustahil bagi mereka untuk kembali mengenang lembah keceriaan yang telah hilang dalam hidup mereka, dimana kerajaan manusia kerdil (peri) berada. Dan bagi makhluk halus, hal tersebut merupakan kegembiraan tersendiri untuk menjadi teman bagi mereka, selalu mempercayai keberadaan mereka dengan penuh kbaikan dan ketulusan.
Sekilas Lagi Mengenai Peri
Untuk sekedar info, sebenarnya peri dapat hidup dimana saja. Ada yang termasuk kategori rumahan, makhluk air yang menghuni sungai-sungai, danau, dan laut. Dan ada juga yang termasuk kategori peri yang hidup di hutan-hutan, ladang dan bahlkan dibawah permukaan tanah (hidup dibawah bukit-bukit). Pada masa victorian, ada kepercayaan yang mengatakan bahwa peri hanya hidup diujung akhir taman. Peri juga dianggap hidup dalam pohon-pohon, dan lebih terkait erat dengan pohon oak—tempat peribadatan suci Druids. Peri tidak terlihat dan percayalah bahwa mereka sebenarnya tidak menyukai nama mereka diketahui dan disebut-sebut. Oleh karena itu, pada masa itu peri dapat menjadi penuh dengan tipu muslihat. Seringkali manusia tidak pernah menyadari dan mengetahui ketika ada seorang peri yang tak kasat mata melayang-layang didekatnya, yang akan menunjukkan bahwa apakah mereka adalah orang-orang baik atau tetangga yang baik dengan harapan mungkin saja peri-peri itu akan memenuhi dengan nama-nama seperti itu.

Peri-peri selalu berpikir untuk memiliki anak manusia. Dan oleh karena itu, konon dipercayai bahwa peri akan menculik seseorang yang non kristen, yang tidak dilindungi kelahirannya, dan meninggalkan seoranga nak pengganti ditempatnya (biasanya disebut changeling). Kadang anak-anak pengganti itu hanya berupa potongan kayu yang dipahat sehingga menyerupai seorang anak dan dihiasi dengan berbagai macam benda agar nampak menarik dan benar-benar menyerupai anak kecil yang benar-benar hidup. Kadang-kadang juga yang ditinggalkan itu merupakan anak peri yang sakit-sakitan, ataupun bahkan seorang peri tua yang sudah sangat kurus. Anak-anak yang dianggap sebagai anak pengganti sering dipukul dan ditinggalkan di tmpat terbuka di bukit peri, ataupun dibakar, bahkan mungkin diberikan penganiayaan secara fisik lainnya sebagai usaha untuk memaksa agar orang tua peri mau mengembalikan anak mereka yang diculik. Jarang sekali ada orang tua manusia yang memperlakukan anak pengganti (changeling) itu dengan baik, dengan pikiran bahwa anak mereka juga akan diperlakukan serupa. Namun, meskipun peri memiliki kemampuan untuk berbuat jahat, namun mereka memiliki kode moral mereka sendiri, yang mereka jalankan dengan taat. Mereka tidak dapat mencoba untuk memata-matai, dan akan dihukum atas pelanggaran privasi pada kekuatan peri mereka. Mereka juga tidak mentolerir pencurian harta peri, atau rendahnya rasa kedermawanan.

Peri menghargai kebersihan dan segala sesuatu yang teratur, dan akan menegur barangsiapa yang membiarkan rumahnya dalam keadaan kotor. Peri juga mencela kelakuan buruk dan wtak jahat seseorang. Percayalah dan ingat, bahwa mungkin anda tidak akan pernah menyadari bahwa peri-peri sedang mengawasi anda!
Penjelasan tipe-tipe Peri
Nah, berikut saya akan menuliskan beberapa tipe-tipe peri dalam urutan abjad dan penjelasan secara umum:

1) Asrais. Peri jenis ini berukuran kecil, lembut, dan termasuk peri laki-laki. Mereka tidak bisa terkena sinar matahari langsung, karena selain itu maka mereka akan meleburkan diri mereka kedalam kolam air.





2) Banshee. Peri jenis ini termasuk peri wanita. Merupakan jiwa yang melekat pada keluarga-keluarga tertentu. Dan konon, ketika seorang anggota keluarga mendekati ajalnya, maka keluarga itu akan mendengar Banshee menangis, namun tidak selalu menkutkan loh.



3) Bogles. Umumnya jenis peri ini merupakan iblis. Sifat dasar mereka merupakan Goblin. Dan mereka cenderung untuk merugikan dengan cara melakukan kebohongan dan pembunuhan.



4) Brownies. Umumnya tipe peri ini senang berada disekitar manusia dan di pekarangan rumah-rumah. Merka sosok yang bersahabat dan benar-benar membantu.


 
5) Dwarfs. Tipe peri seperti inibertubuh pendek gemuk (gempal) dan kuat. Mereka mencapai tahap dewasa pada usia tiga tahun. Mereka berwarna abu dan berjenggot pada usia tujuh tahun. Disebutkan bahwa mereka tidak bisa terlihat dibawah sinar matahari, sehingga untuk dapat melihatnya, mereka dibawa ke batu. Tapi bagaimanapun, ada ramuan dan mantra-mantra yang bisa membuat mereka bertahan dibawah sinar matahari.






6) Dryads. Mereka adalah jiwa peri yang menghuni pohon-pohon, khususnya pohon oak. Druid menggunakan mereka sebagai sumber inspirasi.


 
7) Elves. Merupakan nama lain dari pasukan peri yang diketahui. Dan mereka dibagi lagi menjadi Seelie dan Unseelie.





8) Fir Darrig. Biasa juga disebut dengan Fear Daeng. Secara praktis mereka merupakan badut alam yang mengerikan. Mereka bisa mengubah wajahnya menjadi siapapun yang mereka inginkan (wow, ini mengerikan menurut saya).


 
9) Gnomes. Mereka merupakan elemen-elemen dasar bumi. Hidup dibawah permukaan tanah dan menjaga harta-harta yang ada di bumi. Gnome termasuk pekerja logam yang mengagumkan, khususnya untuk pedang dan baju besi.


 
10) Goblins. Ini adalah nama yang digunakan untuk spesies peri yang buruk. Tubuhnya kecil dan jahat, dan biasanya bergerombol karena akan kehilangan kemampuan (baca: kekuatan) jika bertindak sendirian. Biasanya mereka dikendalikan oleh sebuah Mage untuk maksud-maksud jahat.




11) Gwragged Annwn. Biasa juga disebut dengan Gwageth Anoon. Tipe peri ini merupakan peri air, yang kadang-kadang mengambil (baca: menculik) manusia pria untuk mereka jadikan sebagai suaminya.


 
12) Gwyllion. Ini merupakan peri (baca: hantu) air Scotlandia. Mereka sering tampak sebagai laki-laki berambut atau hantu wanita menyeramkan yang mencegat dan menyesatkan para pejalan malam hari di jalan-jalan pegunungan. Peri gunung senang duduk diatas batu pada salah satu sisi dari jalur pegunungan dan diam-diam mengawasi orang-orang yang melintas (baca: lewat).


 
13) HobGoblins. Biasanya merupakan nama untuk makhluk kecil aneh namun bersahabat. Biasanya kita menyebutnya kurcaci—yang dianggap masih termasuk dalam kategori peri.


 
14) Knockers (Buccas). Merupakan ruh daerah pertambangan yang bersahabat dengan para penambang. Mereka mengetuk lapisan bijih yang banyak kandungan logamnya.


 
15) Leprechauns. Mereka sangat lihai serta licik dan dapat menghilang dalam satu kejapan mata saja. Mereka terutama sekali merupakan sosok yang sangat mencintai, dan aktif pada hari-hari Saint Patrick. Tetapi hari apapun juga tetap baik bagi mereka.


 
16) Mer-People-Mermaid. Biasa juga disebut dengan Murdhuacha (muroo-cha) atau Merrows. Mereka tinggal didalam air, tetapi mereka mirip dengan manusia dari pinggang ke atas. Mereka juga memiliki ejkor seperti ikan. Biasanya mereka juga disebut dengan sebutan ‘Putri Duyung’. Mereka sangat menarik sekali hingga mampu memikat nelayan-nelayan menuju kematian.


 
17) Pixies. Mereka sering berwujud landak. Termasuk peri yang jahat dan senang mempermainkan manusia, termasuk bangsa peri lainnya. Mereka juga senang mencuri kuda untuk ditunggangi.


 
18) Phouka. Tipe peri ini bisa terlihat dalam berbagai bentuk binatang dan biasanya mereka berbahaya.


 
19) Redcap. Termasuk salah satu iblis yang terkenal dari old Border Goblins. Tempat tinggalnya di reruntuhan menara atau kastil-kastil—trutama yang memiliki sejarah kejahatan. Dia mewarnai topinya dalam darah manusia.


 
20) Shefro. Merupakan peri laki-laki yang mengenakan jubah hijau dan bertopi merah.
21) Sidhe (shee). Ini merupakan nama yang diberikan untuk peri-peri yang tinggal dibawah permukaan tanah. Sebuah gundukan kuburan tua atau bukit kecil yang mempunyai pintu menuju kerajaan peri bawah tanah yang indah.





22) Sluagh. Tipe ini merupakan ruh penasaran yang kematiannya tak termaafkan, atau termasuk para penyembah berhala. Merupakan lawan yang hebat bagi peri dataran tinggi.



Terima kasih telah membaca artikel kami tentang peri dan pembagiannya(^^) 


sumber:berbagai sumber,ensiklopedia unik disekitar kita.

1 comment :

  1. Aku percaya dengan keberadaan mereka, tapi tidak ada yg tau mereka itu nyata atau tidak..

    ReplyDelete

  • Posts
  • Comments
  • Pageviews
 
Copyright © 2014 pedasbanget.com. Designed by OddThemes