TRENDING NOW

Monday, 11 May 2015

Inilah,4 Film Bertema Tokoh Terkenal di Indonesia

Pedasbanget.tk[Movies]:Perfilman indonesia saat ini sudah sangat maju mereka sekarang banyak mengangkat sejarah untuk dijadikan sebuah film,salah satunya ialah mengangkat biografi tokoh terkenal indonesia. ya ini memang sebuah tontonan yang bisa jadi tuntutan hidup dengan meremake kembali kisah para tokoh terkenal agar anak indonesia tidak lupa dengan sejarah berikut empat film bertema tokoh terkenal di indonesia.

Film Guru Bangsa Tjokroaminoto


Film drama biografi Indonesia berjudul “Guru Bangsa: Tjokroaminoto” ini adalah film biopik dari salah satu tokoh sejarah Indonesia yaitu seorang guru bangsa Indoensia bernama HOS Tjokroaminoto. Pada waktu setelah terlepas dari masa tanam paksa akhir tahun 1800, Hindia Belanda ( Indonesia ) pun memasuki babak baru yang memliki pengaruh terhadap masyarakatnya. Namun kemiskinan masih banyak ditemukan, banyak rakyat-rakyat yang masih belum mengenyam pendidikan dan kesenjangan social antar etnis dan kasta masih terlihat jelas.
Seorang Guru bangsa Indonesia bernama HOS Tjokroaminoto yang terlahir dari kaum bangsawan Jawa dengan latar belakang keislaman yang sangat kuat, melihat keadaan ini dan tidak hanya berdiam diri. Meskipun dalam keluarga dan lingkungan keturunan ningrat yang hidup dengan nyaman, beliau berani mengambil keputusan dengan meninggalkan status kebangsawannya dan memulai kerja sebagai kuli pelabuhan dan ikut merasakan penderitaan rakyat-rakyat jelata. Beliau pun menjadi pendiri dari Sarekat Dagang Islam ( SDI ) dan beliau juga menjadi guru bagi beberapa pemuda yang kelak menjadi tokoh-tokoh besar Indonesia dengan berbagai ideologi seperti Presiden pertama Indonesia, Soekarna, Kartosuwiryo serta para tokoh Partai Komunis Indonesia ( PKI ) seperti Alimin, Musso dan Tan Malaka.

Film Habibie dan Ainun


Secara umum, kisah yang ditulis Pak Habibie ini bercerita semua hal tentang Ibu Ainun, mulai dari pertemuan pertama mereka hingga detik-detik maut memisahkan cinta keduanya. Kisah ini sangat inspiratif. Tentang cinta yang tulus dan sederhana. Sebenarnya, Ibu Ainun dan Bapak Habibie saat SD, bersekolah di tempat yang sama. Hanya saja pada waktu itu, ia belum merasakan getar cinta. Alih-alih suka, ia malah terkesan suka mengejek Ibu Ainun yang dianggapnya berkulit gelap. Pak Habibie bahkan menjuluki ibu Ainun dengan sebutan Gula Jawa. Meski suka menjahili Ibu Ainun muda, namun semua guru selalu menjodohkan mereka meski hanya terkesan sebagai ejekan.
Rasa cinta bapak Habibie pada ibu Ainun justru baru lahir pada saat mereka dipertemukan di waktu lain, dimana mereka berdua telah dewasa. Saat ini, Fanny, adik bapak Habibie mengajaknya berkunjung saat hari raya ke kediaman keluarga Ibu Ainun. Saat pertama kali melihat Ainun, bapak Habibie langsung bergetar hatinya. Cinta bapak Habibie tersebut disambut oleh ibu Ainun. Dalam waktu yang singkat keduanya sepakat untuk menikah.
Perjalan selanjutnya, bapak Habibie dikisahkan memboyong Ibu Ainun kembali ke Jerman. Di sinilah perjuangan mereka dimulai. Bapak Habibie merintis karirnya dari nol. Namun berkat kegigihan dan sokongan cinta dari Ibu Ainun, mereka berhasil melalui masa-masa sulit yang menguras tenaga juga emosi. Pada akhirnya bapak Habibie terus memperlihatkan prestasi yang membuat ia dikagumi banyak orang di Jerman.
Kisah di dalam buku ini juga menyisipkan nilai nasionalisme. Bapak Habibie bercerita mengenai kepeduliannya pada bangsa, hanya saja beberapa kendala politik dan intriknya membuat bapak Habibie kapayahan. Namun, berkat niatnya yang tulus, ia kemudian berhasil menjadi orang Nomor 1 di Indonesia. Kisah ini sebenarnya tidak fokus pada bagaimana Pak Habibie memimpin Indonesia, tetapi seberapa kuatnya ibu Ainun mendampingi beliau yang sangat sibuk. Perannya sebagai Istri dan juga Ibu Negara dijalankan dengan baik. Meski beliau susah menemukan waktu untuk bercengkrama dengan Bapak Habibie.
Kisah manis ini kemudian ditutup dengan kematian ibu Ainun akibat kanker yang dideritanya selama bertahun-tahun. Salah satu kisah paling mengharu biru dalam buku ini adalah pada saat ibu Ainun hendak dioperasi. Biasanya pak Habibie selalu datang menjenguknya di waktu yang sama. Hanya saja karena hari itu Ibu Ainun menjalani Operasi, Bapak Habibie tidak diperkenankan masuk ruangan tempat ibu Ainun dirawat. Hal ini kemudian mengguncang jiwa bu Ainun. Ia menangis sedih, karena ia berpikir ada hal buruk yang membuat suaminya belum datang. Ibu Ainun, wanita penyabar tersebut, masih mengkhawatirkan suaminya meski faktanya ia tengah sekarat. Begitulah cinta yang selalu belajar untuk tulus. 

Film Soekarno


Ceritanya sendiri seperti ‘buku sejarah’. Penggambaran mengenai kehidupan Soekarno terkait dengan masa perjuangan pra-kemerdekaan Indonesia. Adegan dimulai dengan situasi di tahun 1934 saat serdadu marsose pemerintah kolonial Belanda Dutch East Indies menangkap Soekarno dan beberapa rekannya yang tengah berada di rumah Ketua PNI (Partai Nasional Indonesia) Jawa Tengah, dokter Sujudi. Adegan lantas flash-back ke masa kecil Soekarno, dimana saat itu ia yang masih bernama Kusno sakit-sakitan. Ayahnya Raden Soekemi Sosrodihardjo sampai menjalankan ‘laku tirakat’, tidur di bawah ranjang anak lelakinya. Tujuannya adalah agar penyakit itu ‘pindah’ ke tubuhnya. Akhirnya menurut kepercayaan Jawa, nama Kusno dipandang tidak cocok bagi anak itu. Dengan upacara ‘ruwatan’, maka ia pun diganti namanya menjadi Soekarno. Nama ini terinspirasi dari nama tokoh Kurawa yang sesungguhnya berhati mulia, Adipati Karna.
Cerita maju terus ke masa kecil Soekarno yang sempat menjalin “cinta monyet” dengan seorang gadis cilik Belanda bernama Mien Hessel. Namun, justru di sinilah rasa nasionalismenya tumbuh saat ia diusir oleh ayah Mien karena dianggap tidak sederajat. Ketika ia mengikuti rapat-rapat Sarekat Islam yang dipimpin oleh bapak kost-nya Hadji Oemar Said Tjokroaminoto (HOS Cokroaminoto) ia makin tertarik pada ide kebangsaan. Soekarno muda pun mulai belajar berpidato sendirian di kamarnya dan ketika berusia 24 tahun ia mulai berpidato di berbagai tempat.
Beranjak dewasa, Soekarno mulai aktif di politik. Ia mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) sebagai basis organisasinya bersama sejumlah rekan, termasuk Gatot Mangkoepradja. Ia kemudian ditangkap dengan tuduhan menghasut dan berhaluan komunis. Ia, Gatot, dan dua rekan lainnya dipenjara di Banceuy, Bandung. Di saat inilah ia kemudian menyusun pledooi (pembelaan)-nya yang terkenal: “Indonesia Menggugat”. Soekarno tetap dijatuhi hukuman penjara empat tahun, namun dua tahun kemudian dibebaskan.
Soekarno kembali ke politik, tapi kemudian ditangkap lagi dan lantas diasingkan ke Ende, lalu dipindahkan ke Bengkulu. Soekarno lalu menjadi guru relawan di sekolah Muhammadiyah. Di sinilah ia kemudian jatuh hati pada salah satu muridnya bernama Fatmawati. Padahal, saat itu Soekarno masih beristrikan Inggit Garnasih.
Perang Dunia II mencapai Asia dengan masuknya Jepang ke dalam kancah perang dengan membom pangkalan angkatan laut Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawaii. Kekuatan Jepang dengan cepat melumpuhkan satu demi satu negara di Asia, terutama di Asia Timur dan Tenggara. Indonesia yang waktu itu dikuasai Belanda ikut jatuh, menyusul kalahnya Amerika Serikat dan Inggris di Singapura dan Filipina.
Berbeda dengan Belanda, Jepang bersikap baik kepada Soekarno. Ia dibawa kembali ke Jawa. Tujuan Jepang adalah memanfaatkan Soekarno untuk menarik hati rakyat agar mendukung program 3A yaitu Jepang Cahaya Asia, Jepang Sahabat Asia, Jepang Pelindung Asia. Ia sempat diperbolehkan membentuk PETA (PEmbela Tanah Air) dan PUTERA (PUsat TEnaga Rakyat), serta mengibarkan bendera merah-putih dan menyanyikan Indonesia Raya di seluruh Jawa. Tapi, Soekarno sedih karena Jepang malah menggunakannya untuk mencari tenaga kerja paksa romusha. Di film ini digambarkan bahwa foto Soekarno sedang menjadi ‘mandor’ memang sengaja dibuat Jepang sebagai alat propaganda.
Meski demikian, Soekarno merasa bisa memanfaatkan situasi ini untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Di tengah situasi genting, Soekarno mengalami masalah rumah tangga. Ia menikahi Fatmawati dan menceraikan Inggit. Tak lama kemudian digembirakan dengan lahirnya putra pertamanya, yang diberi nama Guntur Soekarnoputra.
Tanpa diduga, Amerika Serikat yang gusar pada kekalahan di Pearl Harbour menggunakan jalan pintas yang kejam untuk mengakhiri perang. Mereka menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Jepang menyerah kalah. Siaran radio luar negeri yang dilarang berhasil didengarkan oleh beberapa tokoh, terutama Sjahrir. Ia membujuk Soekarno dan Hatta agar mengabaikan janji kemerdekaan dari Jepang, yang rencananya akan diadakan pada tanggal 22 Agustus 1945. Saat Soekarno, Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh ‘tua’ masih mempertimbangkan beberapa hal, kelompok pemuda bergerak. Mereka menculik Soekarno, Hatta dan Fatmawati ke Rengasdengklok pada 15 Agustus 1945. Sjahrir terkejut dan marah. Ia pun mendesak para pemuda untuk mengembalikan keduanya ke Jakarta.
Sesampai di Jakarta, Laksamana Tadashi Maeda meminjamkan rumahnya sebagai tempat merumuskan naskah proklamasi. Bahkan, tokoh-tokoh pergerakan sudah dikumpulkan sebelumnya dan menyambut Soekarno-Hatta saat tiba di rumah Maeda. Akhirnya, diputuskan tiga orang untuk menyusun naskah proklamasi: Soekarno, Hatta dan Ahmad Soebardjo.Ketika naskah itu selesai ditulis tangan, Sayuti Melik ditugaskan mengetiknya.
Acara pun dimulai dengan sambutan singkat dari Soekarno yang dilanjutkan pembacaan naskah proklamasi dan pengibaran bendera Sang Saka Merah Putih yang dijahit Fatmawati diiringi lagu Indonesia Raya. Kemerdekaan Indonesia disambut, peran Soekarno terus berlanjut. Dan bangsa ini terus memantapkan diri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Soekarno akan selamanya dikenang sebagai Bapak Bangsa yang telah membawa Indonesia mencapai kemerdekaannya.

Jokowi Adalah Kita


Film drama biografi Indonesia berjudul “Jokowi Adalah Kita” merupakan film yang bercerita tentang Presiden ketujuh Indonesia, Jokowi Widodo. Film ini mengisahkan tentang saat Jokowi diperankan oleh ( Ben Joshua ) masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta yang harus menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah Ibukota.
Kadang keputusan yang diambil juga tidak sejalan dengan yang masyarakat yang dibela, namun dia tetap mendapat dukungan dari keluarga serta sang Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau yang kerap disapa Ahok diperankan oleh (Agustin Taidy ).
Dalam film ini mengisahkan tentang perjalanan Pak Jokowi dan juga Pak Ahok dalam perjalanan memimpin Ibukota Jakarta.

sumber:berbagai sumber dan pedasbanget 2015

Post a Comment

  • Posts
  • Comments
  • Pageviews
 
Copyright © 2014 pedasbanget.com. Designed by OddThemes